HONEY SPRAY NASAL
“Sebagai Bahan Alam Antibakteri yang Dapat Mengobati Penyakit ISPA”
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Penyakit ini sering terjadi pada
anak. Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa
Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik
penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%)
dan selanjutnya pada usia <1 tahun (22,0%). Menurut jenis kelamin, tidak
berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami
pada kelompok dengan ekonomi rendah atau menengah kebawah.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,
keracunan makanan, dan sindroma syok toksik. Infeksi oleh Staphylococcus
aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah
bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,
osteomielitis, dan endokarditis.
Pengobatan untuk penyakit infeksi ini adalah dengan pemberian agen
antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan dan atau membunuh bakteri yang
menginfeksi. Agen antibakteri telah banyak ditemukan sekarang ini, tetapi
beberapa diantaranya menjadi tidak efektif digunakan karena banyaknya bakteri
yang resisten dan efek sampingnya sangat merugikan penderita. Oleh karena itu
pencarian antibakteri baru yang lebih efektif dan aman menjadi perlu untuk
terus dilakukan, terutama yang berasal dari bahan alam.
Madu
adalah cairan alami yang mempunyai rasa manis dan dihasilkan oleh lebah madu
dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra
floral nektar) atau ekskresi serangga. pada jaman dahulu madu dipakai untuk
mengawetkan daging dan kulit. Orang mesir pada waktu itu mempergunakan madu
sebagai bagian dari ramuan rahasianya untuk mengawetkan jenazah raja-raja. Madu
juga digunakan untuk makanan kesehatan, obat-obatan serta kosmetik. Banyak
bukti yang mendukung madu dapat digunakan untuk luka yakni sebagai antibakteri
dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan pada luka.
Madu memiliki beberapa komposisi
yaitu air (17,2%), zat gula (81,3%), dan sisanya merupakan asam-asam amino,
vitamin, mineral (besi, fosfor, magnesium, alumunium, natrium, kalsium, dan
kalium), enzim, hormon, zat bakterisida, dan zat aromatik. Zat gula dalam madu
memiliki komposisi yaitu fruktosa (38,19%), glukosa (31,28%), sukrosa (5%),
maltosa dan disakarida lain (6,83%). Madu memiliki kandungan vitamin C (asam
askorbat), vitamin B6 (piridoksin), thiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, asam
pantotenat, biotin asam folat, dan vitamin K. Selain itu madu memiliki
kandungan asam organik yaitu asam asetat, asam butirat, format, suksinat,
glikolat, malat, proglutamat, sitrat, dan piruvat
Madu dapat menjadi agen antibakteri. Hal tersebut disebabkan kandungan
gula yang tinggi, pH madu yang relatif asam, dan kandungan protein yang rendah.
Dengan demikian madu dapat membatasi jumlah air yang tersedia untuk menghalangi
pertumbuhan bakteri.
Banyak juga penelitian bahwa madu memiliki efek antibakteri terhadap
bakteri yang sudah resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Madu memiliki
aktifitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri Gram negatif maupun positif.
Banyak penelitian yang sudah meneliti khasiat madu seperti pengaruhnya sebagai
agen antibakteri. Tingkat keasaman madu yang tinggi akan mengurangi
pertumbuhan, kehidupan bakteri dan terdapat senyawa hidrogen peroksida (H2O2)
yang membunuh mikroorganisme patogen. senyawa organik dalam madu (polifenol,
flavonoid, inhibin, alkaloid, dan glikosida) yang bersifat antibakteri dapat
merusak integritas dinding sel sehingga dapat menghambat atau membunuh bakteri.
Inhibinsi lebih sensitif terhadap bakteri Gram negatif daripada Gram positif.
Madu yang digunakan biasanya dalam bentuk sediaan sirup,emulsi dan nasal
spray. Bentuk sediaan nasal spray atau sediaan semprot hidung sendiri lebih
efektif untuk digunakan pada penderita penyakit ISPA, karena zat obat akan
langsung masuk ke saluran pernafasan tempat terjadinya infeksi sehingga
kerjanya lebih cepat dan juga obat tidak di metabolism di hati yang dapat
menyebabkan obat menjadi inaktif.
Cara penggunaan nasal spray yaitu :
1.
Bersih kan hidung
2.
Duduk dan tundukkan sedikit kepala
3.
Kocok wadah obat semprot
4.
Dimasukkan ujung penyemprot kedalam satu lubang
hidung
5.
Tutup mulut dan lubang hidung sebelahnya
6.
Semprotkan obat dengan memencet vial dan hirup
perlahan lahan
7.
Keluarkan ujung penyemprot dan tundukkan kepala
serendah mungkin atau letakkan kepala diantara kedua lutut
8.
Setelah beberapa detik, duduk dengan posisi
tegak obat akan mengalir ke kerongkongan
9.
Bernafas melalui mulut dan ulangi langkah diatas
u/ lubang hidung sebelahnya
10. Setelah
itu bersihkan ujung penyemprot dengan air bersih
Cara penggunaan Nasal Spray
Daftar Pustaka
Hashemian,farnaz (2014). The effect
of thyme honey nasal spray on chronic rhinosinusitis: a double-blind randomized
controlled clinical trial. DOI
10.1007/s00405-014-3233-x
Sahputra, Ardin (2014). Uji
Efektivitas Estrak Madu Karet Dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococus aureus
jurnal UIN: Jakarta