Sabtu, 21 Oktober 2017

Madu Sebagai Bahan Alam Antimikroba

HONEY SPRAY NASAL
“Sebagai Bahan Alam Antibakteri yang Dapat Mengobati Penyakit ISPA”

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Penyakit ini sering terjadi pada anak. Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%) dan selanjutnya pada usia <1 tahun (22,0%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok dengan ekonomi rendah atau menengah kebawah.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik. Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis.
Pengobatan untuk penyakit infeksi ini adalah dengan pemberian agen antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan dan atau membunuh bakteri yang menginfeksi. Agen antibakteri telah banyak ditemukan sekarang ini, tetapi beberapa diantaranya menjadi tidak efektif digunakan karena banyaknya bakteri yang resisten dan efek sampingnya sangat merugikan penderita. Oleh karena itu pencarian antibakteri baru yang lebih efektif dan aman menjadi perlu untuk terus dilakukan, terutama yang berasal dari bahan alam.
          Madu adalah cairan alami yang mempunyai rasa manis dan dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga. pada jaman dahulu madu dipakai untuk mengawetkan daging dan kulit. Orang mesir pada waktu itu mempergunakan madu sebagai bagian dari ramuan rahasianya untuk mengawetkan jenazah raja-raja. Madu juga digunakan untuk makanan kesehatan, obat-obatan serta kosmetik. Banyak bukti yang mendukung madu dapat digunakan untuk luka yakni sebagai antibakteri dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan pada luka.
            Madu memiliki beberapa komposisi yaitu air (17,2%), zat gula (81,3%), dan sisanya merupakan asam-asam amino, vitamin, mineral (besi, fosfor, magnesium, alumunium, natrium, kalsium, dan kalium), enzim, hormon, zat bakterisida, dan zat aromatik. Zat gula dalam madu memiliki komposisi yaitu fruktosa (38,19%), glukosa (31,28%), sukrosa (5%), maltosa dan disakarida lain (6,83%). Madu memiliki kandungan vitamin C (asam askorbat), vitamin B6 (piridoksin), thiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, asam pantotenat, biotin asam folat, dan vitamin K. Selain itu madu memiliki kandungan asam organik yaitu asam asetat, asam butirat, format, suksinat, glikolat, malat, proglutamat, sitrat, dan piruvat
Madu dapat menjadi agen antibakteri. Hal tersebut disebabkan kandungan gula yang tinggi, pH madu yang relatif asam, dan kandungan protein yang rendah. Dengan demikian madu dapat membatasi jumlah air yang tersedia untuk menghalangi pertumbuhan bakteri.
Banyak juga penelitian bahwa madu memiliki efek antibakteri terhadap bakteri yang sudah resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Madu memiliki aktifitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri Gram negatif maupun positif. Banyak penelitian yang sudah meneliti khasiat madu seperti pengaruhnya sebagai agen antibakteri. Tingkat keasaman madu yang tinggi akan mengurangi pertumbuhan, kehidupan bakteri dan terdapat senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang membunuh mikroorganisme patogen. senyawa organik dalam madu (polifenol, flavonoid, inhibin, alkaloid, dan glikosida) yang bersifat antibakteri dapat merusak integritas dinding sel sehingga dapat menghambat atau membunuh bakteri. Inhibinsi lebih sensitif terhadap bakteri Gram negatif daripada Gram positif.
Madu yang digunakan biasanya dalam bentuk sediaan sirup,emulsi dan nasal spray. Bentuk sediaan nasal spray atau sediaan semprot hidung sendiri lebih efektif untuk digunakan pada penderita penyakit ISPA, karena zat obat akan langsung masuk ke saluran pernafasan tempat terjadinya infeksi sehingga kerjanya lebih cepat dan juga obat tidak di metabolism di hati yang dapat menyebabkan obat menjadi inaktif.
Cara penggunaan nasal spray yaitu :
1.      Bersih kan hidung
2.      Duduk dan tundukkan sedikit kepala
3.      Kocok wadah obat semprot
4.      Dimasukkan ujung penyemprot kedalam satu lubang hidung
5.      Tutup mulut dan lubang hidung sebelahnya
6.      Semprotkan obat dengan memencet vial dan hirup perlahan lahan
7.      Keluarkan ujung penyemprot dan tundukkan kepala serendah mungkin atau letakkan kepala diantara kedua lutut
8.      Setelah beberapa detik, duduk dengan posisi tegak obat akan mengalir ke kerongkongan
9.      Bernafas melalui mulut dan ulangi langkah diatas u/ lubang hidung sebelahnya
10.  Setelah itu bersihkan ujung penyemprot dengan air bersih


                                            Cara penggunaan Nasal Spray

Daftar Pustaka

Hashemian,farnaz (2014). The effect of thyme honey nasal spray on chronic rhinosinusitis: a double-blind randomized controlled clinical trial. DOI 10.1007/s00405-014-3233-x

Sahputra, Ardin (2014). Uji Efektivitas Estrak Madu Karet Dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococus aureus jurnal UIN: Jakarta