MAKALAH GIZI DAN KESEATAN
“Gizi Mikro”
FAKULTAS
FARMASI
PROGRAM
STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kepada allah SWT, salawat serta salam semoga tercurah
limpah atas Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat
melaksanakan kegiatan praktikum dan dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah praktikum ini adalah pelajaran yang baik yang dapat kita
ambil ilmunya dari hasil praktek itu.
Makalah
ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan lancar berkat bantuan dari
bebagai pihak, baik dari pembimbing materi maupun teknis. Dan juga kami
harapkan dari hasil makalah kami ini anda dapat mengkritik hasil makalah kami
karena tanpa danya kritik dan saran dari kalian semua, makalah hasil kegiatan
praktikum kami ini mungkin tidak akan ada hasil yang memuaskan karena dari
hasil kritikan kalian itu lah yangmenjadi inspirasi kita semua sebagai pembuat makalah.
Makalah ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna walaupun sudah dikerjakan
semaksimal mungkin, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan yang Maha Esa, oleh
karena itu saya membutuhkan saran dan kritik berupa evaluasi yang akan saya
gunakan kelak untuk melangkah lebih baik.
Akhir
kata saya sebagai pembuat makalah hasil kegiatan praktikum ini mengucapkan
terima kasih terutama kepada Bu yang telah membimbing kami untuk melakukan
praktikum ini.
Samarinda,
23 Februari 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di dalam ilmu gizi terdapat dua
komponen penting yang menjadi pusat perhatian, ialah makanan dan kesehatan
tubuh. Makanan mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsi optimalnya, zat gizi itu bisa berupa zat gizi makro maupun
mikro. Sedangkan kesehatan tubuh bisa dilihat dari status gizi yang dibedakan
menjadi gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. (Moejh,2003)
Berdasarkan pengertian ilmu
gizi adalah segala ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab
ghizda, yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan
dan di sisi lain dengan tubuh manusia .
Karena ruang lingkupnya yang luas,
bila dikaji pengertian ilmu gizi secara lebih mendalam, ilmu gizi erat
kaitannya dengan ilmu-ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi,
biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran.
Ilmu gizi mempunyai konsep dasar
yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Pengertian dari konsep dasar itu
sendiri adalah merupakan suatu dasar, ide atau bentuk dasar dari sesuatu.
Konsep dasar dari ilmu gizi meliputi tentang gizi dan ilmu gizi, zat-zat gizi
apa yang biasa terkandung dalam makanan.( Santoso,2004)
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud denga zat gizi mikro?
2. Apa saja yang termasuk dalam zat gizi mikro?
3. Penyakit apa saja yang dapat terjadi jika kekurangan zat
gizi mikro?
4. Bagaimana cara menanggulangi kekurangan zat gizi mikro?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi zat gizi mikro.
2. Untuk mengetahui macam-macam zat gizi mikro.
3. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang dapat terjadi
jika kekurangan zat gizi mikro.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi kekurangan
zat gizi mikro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2011).
Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi
zat gizi dalam tubuh.
1. Memberi
Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan
energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat
dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan
pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembakar.
2. Pertumbuhan
dan pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah
bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel
baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat
gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur
Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin
diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di
dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan
membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan
bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin
diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf
dan otot serta banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses
menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti di
dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran
darah, pembuangan sisa-sisa/ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam fungsi
mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat
pengatur (Almatsier, 2001).
Dalam melaksanakan fungsinya di
dalam tubuh, zat-zat gizi saling berhubungan erat sekali, sehingga terdapat
saling ketergantungan. Gangguan atau hambatan pada metabolisme sesuatu zat gizi
akan memberikan pula gangguan atau hambatan pada metabolisme zat gizi lainnya (Achmad,
2010).
Zat gizi berdasarkan banyaknya yang
diperlukan oleh tubuh dikeolmokkan menjadi 2, yaitu zat gizi makro
(karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral, dan
air).
BAB III
PEMBAHASAN
Mikronutrien (zat gizi mikro) adalah
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran
yang sangat penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur
fungsi sistem imun dan sistem reproduksi.
Funk dalam bukunya The Etiology of
Deficiency Disease yang diterbitkan pada tahun 1912 mengusulkan nama vitamin
untuk faktor-faktor zat aktif tersebut. Vita berarti esensial untuk untuk
kehidupan, sedangkan faktor anti beri-beri yang diduga berperan tersebut adalah
suatu ikatan amine. Pada tahun 1920 istilah vitamine diganti menjadi vitamin
karena zat-zat antifaktor tersebut ternyata tidak selalu dalam bentuk ikatan
amine. Usul perubahan nama ini datang dari Drummond, yang juga mengusulkan pemberian
nomenklatur menurut abjad. Penemuan vitamin A oleh McCollum dan Davis pada
tahun 1913 menandakan era vitamin dalam penelitian gizi. Vitamin kemudian
diakui sebagai zat gizi yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan, yang mudah
diperoleh dari susunan makanan yang bervariasi .
Vitamin
diberi nama menurut abjad (A, B, C, D, E, dan K). Vitamin B ternyata terdiri
dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian membedakan vitamin
dalam dua kelompok; (1) vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan
(2) vitamin larut dalam air (vitamin B dan C). (Sediaoetama,2010)
a) Vitamin Larut
Lemak
Vitamin
A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak
yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang
menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologi sebagai retinol. Vitamin A bagus untuk pengelihatan kita.
Sumber vitamin A banyak pada buah dan sayur yang berwarna terang seperti wortel
dan apel.
Sumber vitamin A adalah hati, kuning
telur, dan mentega. Sumber lainnya yaitu sayuran berwarna hijau tua dan
buah-buahan yang berwana kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang,
kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya,
mangga, nangka masak, dan jeruk.
Vitamin
D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan
riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi.
Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh
mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak
dibutuhkan. Karena dapat disintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan
bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar
matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan. Bahan makanan yang kaya
akan vitamin D ialah susu. (Yuniastuti,2008)
Vitamin
E
Berbagai biji-bijian merupakan
sumber kaya vitamin E. Khususnya biji yang sudah berkecambah dikenal mengandung
vitamin E dalam konsentrasi tinggi. Kekurangan vitamin E pada manusia
menyebabkan hemolisis eritrosit, yang dapat diperbaiki dengan pemberian
tambahan vitamin E. Vitamin E merupakan vitamin yang bagus untuk kulit dan
untuk kesuburan. Sumber utama vitamin E bisa kita dapatkan pada kacang-kacangan
atau kecambah.
Vitamin
K
Sumber
utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang
polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi kandungan
vitamin K-nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih
kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan sayuran lain.
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila
ada luka atau pada operasi terjadi pendarahan. (Yuniastuti,2008)
b) Vitamin Larut Air
Vitamin
C
Pada umumnya hanya terdapat di dalam
pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas,
rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat, vitamin C juga banyak terdapat di dalam
sayuran daun-daunan dan jenis kol. Defisit vitamin C memberi gejala-gejala penyakit
skorbut. Kerusakan terutama terjadi pada jaringan rongga mulut, pembuluh darah
kapiler dan jaringan tulang. Vitamin C bisa di dapatkan dari buah-buahan
seperti jeruk, nanas, dan buah dengan rasa asam lainnya.
Vitamin
B
Sumber utama vitamin B adalah beras
dan serealia..Vitamin B bisa kita dapatkan dari beras atau sereal. Pada beras,
vitamin B ada pada selaputnya. Itulah alasannya kenapa kalau kita mencuci beras
jangan terlalu bersih, karena kandungan vitamin B yang ada pada beras akan
hilang. Defisit vitamin B mengakibatkan terjadinya beri-beri.(Yuniastuti,2008)
2. Air dan Cairan
Tubuh
Tubuh dapat bertahan selama
berminggu-minggu tanpa makanan, tapi hanya beberapa hari tanpa air. Air atau
cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang
dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa-lemak (lean body mass). Angka ini lebih
besar untuk anak-anak. Pada proses menua manusia kehilangan air. Kandungan air
bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%.
Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular.
Kandungan air tubuh relatif berbeda
antarmanusia, bergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh
yang mengandung relatif lebih banyak otot mengandung lebih banyak air, sehingga
kandungan air atlet lebih banyak daripada nonatlet, kandungan air pada
laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan kandungan air pada anak muda
lebih banyak daripada orang tua. Sel-sel yang aktif secara metabolik, seperti
sel-sel otot dan visera (alat-alat yang terdapat dalam rongga badan, seperti
paru-paru, jantung, dan jeroan) mempunyai konsentrasi air paling tinggi,
sedangkan sel-sel jaringan tulang dan gigi paling rendah. (Akhilender,2003)
Air mempunyai berbagai fungsi dalam
proses vital tubuh, yaitu:
- Pelarut
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan mengangkut sisa metabolisme
- Katalisator
dalam berbagai reaksi biologi dalam sel
- Pelumas
dalam cairan sendi-sendi tubuh
- Fasilitator
pertumbuhan atau sebagai zat pembangun
- Pengatur
suhu karena kemampuan air menyalurkan panas
- Peredam
benturan dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban
melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
(Sunita,2004)
3. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peran
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah
bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam seldarah merah, dan iodium dari
hormon tiroksin. Di samping itu mineral berperang dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim.
Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengatur
pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer
ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan
saraf terhadap rangsang ( Underwood,1999).
Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral
mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih
dari 100 mg sehari antara lain natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium dan sulfur. Fungsi dari mineral makro berperan dalam keseimbangan
cairan tubuh, untuk transmisi saraf dan kontraksi otot, memberi bentuk
(struktur) kepada tulang, dan memegang peranan khusus di dalam tubuh. Beberapa
contoh mineral makro yaitu Na
(Natrium),Cl (Klorin), Ca (kalsium), dan Mg (Magnesium).
Natrium (Na) Sumber utama
natrium adalah garam dapur, ikan asin, kecap, pisang,
kentang, sayuran hijau dan sebagainya. Fungsinya, mengatur
kelancaran kerja otot, terutama otot jantung dan mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh. Orang yang mengkonsumsi kalori lebih lebih sedikit memerlukan
garam lebih sedikit pula. Kandungan natrium klorida dalam air minum biasanya
sangat sedikit yaitu sekitar 20 mg per liter. Sedangkan kandungan natrium dalam
garam secara teoritis kira-kira 2,8 g per sendok teh.
Klorin (Cl) Berfungsi
untuk membentuk asam lambung (HCL) dan memelihara keseimbagan
cairan dalam tubuh. Sumbernya antara lain, garam dapur, keju dan sayuran hijau.
Kalsium (Ca) banyak terkanung di
dalam tubuh kita lebih banyak dibandingkan dengan mineral lain. Diperkirakan 2%
berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari
kalsium. Sumber kalsium antara lain, susu, telur dan buah-buahan. Peranan
kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu membantu membentuk
tulang dan gigi, serta mengatur proses
biologis dalam tubuh. Pada pembentukan tulang, bila tulang baru dibentuk,
maka tulang yang tua dihancurkan secara simultan.
Magnesium (Mg) memegang peranan penting sebagai kofaktor
berbagai enzim dalam tubuh. Magnesium bertindak sebagai katalisator dalam
reaksi-reaksi biologi di dalam tubuh, termasuk reaksi yang berkaitan dengan
metabolisme energi, karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Sumber
magnesium adalah sayur-sayuran hijau, kedelai, siput, kacang-kacangan, dan
biji-bijian. (Winarno,1984)
Sedangkan mineral mikro dibutuhkan
kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg.
Hingga saat ini di kenal banyak mineral yang dianggap esensial.
Zat besi (Fe) berperan dalam
pusat pengaturan molekul hemoglobin sel-sel darah merah. Hemaglobin
bertanggung jawab dalam pendistribusian oksigen dari paru-paru ke keseluruh
jaringan tubuh. Zat besi juga berperan dalam metabolisme energi, termasuk
sintesis DNA oleh beberapa enzim, serta dalam sistem kekebalan
tubuh. Sumbernya yaitu susu, hati, kuning telur dan sayur-sayuran
yang berwarna hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, dan daun
pepaya. (Gaman,1994)
Iodium (I) adalah suatu bahan
yang digunakan untuk membuat hormon tiroksin oleh kelenjar
gondok, yang memstimulasikan proses-proses oksidasi dalam
tubuh. Fungsi yodium adalah untuk pertumbuhan normal, membakar
kelebihan lemak tubuh, serta menjaga kesehatan rambut, kuku, kulit, dan
gigi. Sumber iodium yaitu garam dapur, bawang merah.
Mangan (Mn) berperan sebagai kofaktur berbagai enzim yang
membantu bermacam proses metabolisme. Enzim yang berkaitan dengan mangan
berperan dalam sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat dan tulang, serta
mencegah peroksidasi lemak oleh radikal bebas. Mangan juga berperan dalam
pengontrolan gula darah, metabolisme energi, fungsi hormon tiroid, fungsi otak,
dan untuk pengontrolan neurotransmiter. Buah
dan sayuran yang mengandung mangan antara lain kacang-kacangan, sayuran berdaun
hijau, buah bit, dan gandum. (Gaman,1994)
Zink (Zn) berperan dalam proses kekebalan tubuh,
menghambat virus, mengurangi risiko kanker, menjaga kesehatan organ vital
laki-laki, dan mempercepat proses penyembuhan luka. Buah dan sayuran yang mengandung zink yaitukacang-kacangan,
biji-bijian, dan gandum. Namun,
zink dalam protein nabati kurang
tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh manusia dari pada zink yang terdapat
dalam protein hewani. Daging,
unggas, ikan laut, keju, susu, serta pecel (peanut butter), merupakan
sumber zink yang baik.
3.3 Penyakit akibat
kekurangan Gizi Mikro
1. Xerophthalmia (buta senja)
Penyakit ini disebabkan karena
kekurangan konsumsi vitamin A (defisiensi vitamin A) didalam tubuh.
Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea karena
glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila
biji mata bergerak.
2. Beri-beri
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan
theamin (vitamin B1) yang ditandai dengan kurangnya sesuatu yang
dapat dirasakan atau gatal pada ibu jari kaki serta telapak kaki, lutut
terasa seakan-akan kaku dan refleknya tidak ada, nyeri, kejang, sulit berjalan
yang dapat menimbulkan kelumpuhan kaki dengan atrofi otot kaki.
3. Ostemalasia.
Penyakit
ini sering disebut dengan riketsia pada anak anak dan biasanya
disebabkan karena kekurangan vitamin d dan ketiakseimbangan konsumsi kalsium
dan fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium
di dalam tulang menurun (Almatsier,2004)
4. Anemia
Penyakit
ini dapat disebabkan karena defisiensi besi (kekurangan zat besi), dan defisiensi vitamin B12 yang dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan produksi sel darah merah yang matang.
5. Skorbut
Kekurangan
asam askorbat menyebabkan penyakit skorbut, penyakit ini berhubungan dengan
gangguan sintesis kolagen yang diperlihatkan dalam bentuk perdarahan subkutan
serta perdarahan lainnya , kelemahan otot, gusi yang bengkak dan menjadi lunak
dan tanggalnya gigi, penyakit skorbut dapat disembuhkan dengan memakan buah dan
sayur-sayuran yang segar.
6. Gondok
Adalah
kodisi pembesaran kelenjar gondok (kelenjar Tiroid) yang diakibatkan oleh
meningkatnya aktivitas kelenjar tersebut dalam upaya meningkatkan produksi
hormone tiroksin maupun triiodotironin. Secara merfologi penyakit ini dapat
dikenali dengan adanya benjolan di leher bagian depan bawah. Pembentukan hormon
tersebut berbahan dasar iodium yang merupakan mineral zat gizi mikro yang banyak dialam.( wijayanti,2007)
7. Dehidrasi
Dehidrasi adalah
keadaan tubuh kekurangan
cairan. Dehidrasi dapat disebabkan
karena kehilangan cairan
akibat faktor patologis,
seperti diare dan
perdarahan. Dehidrasi juga
dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan cairan
tubuh, seperti demam,
suhu lingkungan yang
tinggi, dan aktivitas
ekstrim.
3.4 Pencegahan Kurangnya Zat Gizi
1. Meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan
keluarga dalam memantau pola makan hidup
sehat.
2. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen
dan melakukan tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh
masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas.
3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang
terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),
seperti kapsul Vitamin A, makanan pengganti nasi, ASI, dan makanan tambahan.
4.
Memakan makanan yang mengandung Zat Gizi.
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Zat gizi merupakan ikatan kimia yang
diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,
pertumbuhan dan memelihara jaringan, dan mengatur proses metabolisme
tubuh. Zat gizi di bagi dua macam, yaitu zat gizi makro dan zat gizi
mikro. Zat gizi mikro terdiri dari vitamin , air, dan
mineral. Vitamin terdiri dari vitamin yang larut lemak yaitu vitamin A, D,
E, dan K dan vitamin yang larut air yaitu Vitamin B dan vitamin C. Air
mempunya fungsi dalam tubuh yaitu sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator,
fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam benturan. Mineral
terbagi atas dua macam, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita (2001), Prinsip dasar ilmu gizi, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I.
Erlangga, Jakarta.
Gaman,
P.M. , K.B. Sherrington.1994. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Nutris
dan
Mikrobiologi edisi kedua. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Sunita, A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Sediaoetama,
Prof. Dr. Achmad Djaeni, M. Sc., (2010), Ilmu gizi untuk mahasiswa dan
profesi Jilid 1, Dian Rakyat : Jakarta.
Underwood,
E. J. and N. F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock Third Edition.London
: CABI Publishing.
Yuniastuti,
ari.2008.Gizi Dan Kesehatan.Graha
Ilmu : Yogyakarta.
Winarno,
F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.